Beranda > Cinta, Kata Bijak > Ketika Cinta Kehilangan Hati

Ketika Cinta Kehilangan Hati

Dalam tulisan Cina tradisional, kata “ai” yang berarti cinta terdiri dari 13 goresan. Ditengah-tengah goresan itu ada kata “xin” yang berarti hati. Sebuah pelukisan yang menggambarkan bahwa cinta memerlukan hati. Demikianlah orang Cina mengartikan cinta. Namun dalam tulisan modern cina yang lebih sederhana huruf “ai” tak lagi mengandung kata “xin”. Cinta sudah tidak memerlukan hati.

Hati adalah tempat kita menyimpan segala persaan terdalam. ”semuanya bersumber dari hati” kata orang bijak. Jadi ketika kita mencinta, itu murni dari hati, dari dalam kita. Bukan dari luar; berapa banyak hartanya, betapa rupanya, dll. Karena berasal dari dalam, maka tak ada alasan masuk akal untuk mencintai. Kita mencintai seseorang, iya, karena kita mencintainya. Itu keluar begitu saja. Tak ada jawaban untuk sebuah pertanyaan, ”Mengapa aku mencintaimu?”

Maka ketika kekasih kita mengajukan berjuta alasan tentang cintanya. Ragukanlah cintanya. Mungkin ia berkata. ”Aku mencintaimu karena kau cantik”. Atau ”Kau begitu baik, beda dengan yang lainnya, karena itulah aku mencintaimu”. Lalu, bagaimana kalau kita tidak lagi cantik atau baik. Masihkah ia mau mencintai kita.

Seorang ayah, ketika melihat wajah cemberut dari anak dan istrinya sepulang liburan berkata, ”Apa sih yang kalian inginkan, diajak jalan-jalan bukan pulang dengan senyum, ini malah cemberut. Apa kalian tidak tahu, berapa biaya yang telah aku keluarkan? Apa mau kalian?” Anak perempuannya menjawab, ”Yang kami inginkan bukan pergi berlibur, yang kami inginkan hanya waktu bersama ayah”.

Si ayah selama berlibur tidak bisa terlepas dari laptop dan telepon selularnya. Di tengah-tengah anak dan istrinya yang bermain dengan riang, ayah tetap asik berlaptop dan bertelepon. Mengadakan hubungan bisnis. Ayahnya memang ada di sana, tapi hatinya di tempat lain. Mungkin kita memang telah kehilangan hati dalam cinta kita. Persis seperti yang dilukiskan oleh tulisan Cina modern untuk cinta. Persis pula seperti yang ditunjukkan si Ayah dalam cerita diatas.

Sumber: Elton John dalam majalah Narwastu Pembaruan

  1. April 1, 2008 pukul 6:09 pm

    wuihhh romantis jg lae
    tp kayaknya paragraf terakhir itu kena ke aku deh
    soalnya aku seringan kayak gitu kurasa
    bukan dengan laptop tp mikirin gmana bsok yah apa masih ada uang kami atau tidak sehingga aku jarang menikmati liburan dengan anak2ku

    Harry: Kalau biaya internet selalu ada ya? he..he.. Canda lae.

  2. April 2, 2008 pukul 3:48 am

    Very touching story bro..

    Aku cukup bisa merasakan perasaan si anak yang ada di cerita di atas. Si ayah mungkin memperlengkapi anaknya dengan berbagai macam kesenangan2 “dunia”. Tapi dia lupa yang terpenting, Cinta kasih terhadap anak-anak dan istrinya.
    Mungkin dia tak bermaksud untuk melakukan itu, dia cari duit juga buat keluarganya.
    Tapi mungkin dia lupa dan terlena bahkan tertidur, sehingga perlu di beri “alarm” untuk membangunkannya dari “tidur nyanyaknya”

    Semoga peringatan si anak ini menjadi “tamparan” yang berarti buat kita semua 🙂

  3. Harry Simbolon
    April 4, 2008 pukul 4:02 am

    @ Gloria Limbong
    Terkadang kita berpikir itu cinta, tapi kenyataannya hanyalah menyisihkan uang dan waktu
    Cinta tidak bisa dibeli/disamakan dengan uang dan waktu.

  4. April 5, 2008 pukul 6:51 pm

    lae tau aja yah
    memang sih kalo untuk biaya internet ku selama satu bulan sudah ada postnya
    semuanya sudah ada pos nya masing
    cuma khan untuk liburan kadang ga kepikiran bahwa bulan ini akan jalan2 bareng jadih binun lah. Mana gajiku pun pas2an namanya jg pegawai na ngori lae
    hihi

  5. April 6, 2008 pukul 9:30 am

    Teman baikku baru aja kemarin menyatakan definisi CINTA versinya.

    “Cinta itu bisa diukur besarnya dari seberapa besar rasa maaf yang kau berikan untuk seseorang.”

    What a brave statement!

    Anyway, hanya pengen sharing. Maap yah, kalo rada gak nyambung dengan topik. 🙂

  6. Harry Simbolon
    April 7, 2008 pukul 2:31 am

    @ willy
    Pokoknya alokasi untuk internet ga bisa diganggu gugat ya lae 🙂

    @stella
    Salam kenal ito. lagi mood cinta-cinta an nih kayaknya..
    Maaf adalah kata yang paling anti bagi orang batak, makanya ga ada istilah bataknya (coba cek, pasti ga ada)
    Jadi dengan demikian orang batak ga bisa mencintai dong????

  7. estrelladion
    April 8, 2008 pukul 8:35 am

    Ito Harry…

    Emang kalo kita mau maapin orang, orang tersebut harus frontal bilang “maap yah”, baru kita mau maapin?

    Gak kan, To?

  8. Harry Simbolon
    April 8, 2008 pukul 9:15 am

    @estrelladion
    bukan begitu maksudku to. Orang batak itu terkadang munafik. Sebenarnya ingin memberi maaf, mau mengaku salah, tapi lagi-lagi karena jiwa bataknya (yang tak mengenal maaf) jadilah tak tersampaikan (baik melalui kata, sikap dan perbuatan), maka ditahannyalah perasaannya itu terus. Rasanya seperti jatuh dari gedung yang sangat tingi sekali jika meminta/memberi maaf.

  1. April 6, 2008 pukul 5:17 am

Tinggalkan Balasan ke Stella Rajagukguk Batalkan balasan