Beranda > Diary, Karir, Ngeblog, SDM > Mencoba Mengatasi Kejenuhan Bekerja

Mencoba Mengatasi Kejenuhan Bekerja

Dear Blog,

Entah kenapa sepulang dari liburan natal dan tahun baru yang lalu aku jadi malas sekali bekerja, dampaknya berpengaruh sampai sekarang, aku mengalami kejenuhan pekerjaan. Semua pekerjaan yang kulakukan serasa rutinitas saja, berulang-ulang terus dan begitu-begitu saja.

Blog, kamukan tahu kalau aku sebenarnya adalah orang yang sangat aktif sekali, bagiku tidak ada istilah berdiam diri, bersantai-santai, atau ongkang-ongkang kaki hanya untuk sekedar bermalas-malasan. Tapi kenapa kok sekarang ini rasanya jenuh sekali. Aku ingin tantangan baru!

Kucoba-coba telisik lebih jauh sebenarnya apa penyebab kejenuhan ini, apakah ada masalah keluarga, asmara, organisasi, kampus, teman-teman, dll? Ternyata tidak ada sama sekali. Kalau begitu ini murni kejenuhan bekerja. Pertanyaannya lagi adalah tidak mungkin aku berpindah kerja.

Selama dua minggu ini, kucoba terus menyemangati diriku sendiri. Ketika ada waktu luang kusempatkan membaca buku-buku pengembangan diri, membaca majalah nasional, membuka-buka portal berita online serta cerita-cerita lucu di internet. Tetapi sampai saat ini kurasakan kalau semuanya itu tidak cukup membantu. Aku tetap ingin tantangan baru dalam bekerja!

Blog, kalau memang masalah intinya ada pada pekerjaanku, lantas apa yang harus aku lakukan? Aku sadari kalau aku memiliki kapasitas kemampuan jauh diatas dari pekerjaanku saat ini, ada gap yang sangat besar antara kemampuanku dengan fungsi kerjaku saat ini. “Harry, Kalau begitu kau harus sampaikan hal ini ke perusahaanmu, agar perusahaanmu tahu kau adalah orang yang kompeten” tiba-tiba saja seperti ada yang membisikkan hal itu kepadaku. Ya, aku harus memberanikan diri menyampaikan kepada atasanku untuk memperoleh fungsi kerja tambahan atau fungsi kerja baru? Atau pindah departemen sekalian? God, please give me braveness to do that.

Kupikir-pikir memang sepertinya aku harus pindah ke kantor pusat saja atau minimal ke kantor Area, but how come? Sementara banyak orang yang menginginkan posisi disana, bahkan mungkin sudah kebanyakan orang disana. Bagaimana pimpinan perusahaanku bisa yakin dengan kemampuan yang aku miliki? Sementara semua usahaku selama ini untuk memberikan warna dan memperkenalkan diriku pada khalayak internal melalui tulisan-tulisanku yang kristis, baik di milis karyawan maupun di majalah perusahaan sampai saat ini tidak mendapat feedback yang bagus untuk personal value ku. Lantas apa lagi yang harus aku lakukan? Help me my blog!

Teringat aku oleh saran dosenku ketika kuliah di kelas pasca sarjana dulu, dia menyarankan untuk mengikuti program sertifikasi professional untuk meningkatkan personal value. Maka dari itu kusiapkan aplikasi serta curriculum vitae lengkap agar aku bisa mengikuti program sertifikasi tersebut. Pikirku: hitung-hitung program ini bisa menaikkan credit value ku hingga pimpinanku bisa langsung terkesima. Mudah-mudahan aku dapat balasan yang menyenangkan dari dewan sertifikasi tersebut. God please give me a way…

“Bagaimanapun musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri” kalimat yang cukup populer ini tiba-tiba saja terbesut dari hati. Apakah melalui ungkapan ini Tuhan ingin bilang kepadaku kalau aku bisa mengatasinya dengan caraku sendiri? Ya, memang sedikit menghibur sih, tapi bagaimana aku melakukannya? Toh aku sudah mencoba mengatasinya. Pertanyaan yang kembali lagi datang adalah apakah kejenuhan ini hanyalah sugestiku saja? Oh my God. Kalau benar begitu berarti selama ini aku berperang didalam pikiranku saja. Like “law of attraction” said.

  1. Januari 22, 2009 pukul 12:01 am

    bah… wot hepen aya naon lae???? hehehe….

    iya lae, pas kali yg lae bilang itu… “Bagaimanapun musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri” lingkungan kerja yg baik atau bahkan tantangan baru pun tidak akan banyak merubah keadaan kalau diri kita sendiri tidak bisa kita lawan.. hehehe… tapi yakin aku lae pasti bisa lah mengatasi nya…. y ndak lae?/ 😀

    Harry: Biasalah lae, kehidupan itu seperti siklus, terkadang sedang semangat, terkadang jenuh melanda.Thanks bgt tuk masukannya lae

  2. Hematov Purba
    Januari 22, 2009 pukul 1:42 am

    Memang melakukan pekerjaan yang berulang bisa membuat kita bosan dan kehilangan kreativitas. Lae cukup beruntung sebenarnya dengan bargaining power yang Lae miliki di mana Lae bisa apply ke posisi yang lebih tinggi. Tetapi ada satu hal yang ingin saya sampaikan bagi mereka yang mengalami kejenuhan bekerja: Bekerja memang melelahkan tetapi lebih melelahkan jika tidak punya pekerjaan; Bekerja (rutinitas) bisa membuat kita jenuh tetapi lebih menjenuhkan jika tidak punya pekerjaan (kegiatan rutinitas).

    Harry: wah, terdiam aku membaca komentar lae ini, Andai saja aku pengangguran, mungkin kejeuhannya bisa lebih parah lg ya. thks lae buat masukannya.

  3. Januari 22, 2009 pukul 6:47 pm

    mungkin liburan natal ama tahun barunya kurang memuaskan
    jadi sekarang badannya minta istirahat lagi 😀

    Harry: Wah, mungkin juga tuh lae, kayaknya harus berlibur lagi nih.

  4. Januari 23, 2009 pukul 8:24 am

    hehehehe….
    ayoo..semangat…semngat lae…

    horas,

    bonar
    http://sihotang407.wordpress.com

    Harry: Terimakasih lae tuk dukungan semangatnya

  5. lintong nababan
    Januari 24, 2009 pukul 12:09 pm

    Tapi lebih enak sich kalau kita jadi entrepreneur saja , kalau terus2 an jadi pekerja. kapan kita Merdeka… hi.hi..hi…

    http://www.lintongnababan.wordpress.com

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke pardosa Batalkan balasan