Beranda > Berita > Misteri Flu Babi Mewabah di Pesantren

Misteri Flu Babi Mewabah di Pesantren

Dikutip dari INILAH.COM

Dalam beberapa pekan terakhir, pondok pesantren menjadi sorotan bukan karena teror bom namun virus H1N1 yang telah mewabah di pendidikan muslim tradisional khas Indonesia tersebut. Peristiwa janggal yang menyisakan misteri. 

Kasus flu babi pertama muncul di Pondok Peasntren Dar el-Qolam, Jayanti, Gintung, Tangerang, Banten. Tak tanggung-tanggung sebanyak 4.000 santri diduga terkena flu yang kali pertama ditemukan dari negara Meksiko ini. Meski setelah dicek, hanya terdapat 80 santri yang terkena virus mematikan ini.

Menyusul kemudian di provinsi Jawa Timur yang merupakan basis pondok pesantren. Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur tempat pendiri NU berasal, juga ditemukan lima santri yang diduga terkena virus H1N1. Bahkan, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng KH Salahudin Wahid mengaku, tidak menutup kemungkinan wabah serupa menimpa di pondok pesantren lainnya. 

Pernyataan Gus Sholah, demikian ia sering disapa, sepertinya tepat. Di Pondok Pesantren Zainul Hasan di Genggong, Probolinggo, ditemukan sebanyak 37 santri menderita suspek flu babi. Khusus di pondok yang dipimpin KH Hasan Mutawakkil Alaalaah yang juga Ketua PWNU Jawa Timur ini, semua diderita santriwati. 

Di Kabupaten Situbondo Jawa Timur lebih tragis lagi, diduga sebanyak empat pesantren di wilayah tersebut terkena wabah flu mematikan itu. Pertama ditemukan di Pondok Pesantren Al Dzikro, Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa, Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo. Lainnya ditemukan di pesantren di Besuki, Banyuputih dan Panarukan. Semuanya di wilayah Kabupaten Situbondo. 

Pondok Pesantren di Malang juga mengalami wabah serupa. Tepatnya di Pondok Pesantren Babussalam di Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Di Pondok Peantren yang diasuh KH Thoriq Darwis itu kini sebanyak 15 santri masuk dalam ruang isolasi pesantren. Akibat wabah ini, 40% dari 700 santri harus pulang kampung untuk menghindari flu babi. 

Wakil Presiden Jusuf Kalla yang selama ini dekat dengan kalangan pesantren juga mengaku prihatin atas kondisi pesantren yang dilanda flu babi. Wapres pun meminta agar kalangan pesantren lebih waspada.

“Karena pesantren itu hidup ribuan orang, satu kena maka bisa kena semua. Pesantren adalah sekolah yang paling banyak orangnya, bisa ribuan bisa 5.000. Jadi kena satu maka cepat beredar. Mereka satu kamar bisa 10 bisa 20 orang. Jadi harus hati-hati betul,” kata JK di kediaman resmi, Jl Diponegoro, Jakarta, Sabtu (1/8) 

Kasus dugaan flu babi yang melanda sejumlah pesantren menimbulkan spekulasi beragam. Mulai dari persoalan politik hingga upaya teror terhadap kalangan santri. Meski bagi Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin, ia tidak mau berspekulasi perihal rumors tersebut. “Saya banyak mendengar soal itu, tetapi saya tetap khusnuzon (berprasangka baik) saja,” ujarnya di Surabaya, di PW Muhammadiyah Jawa Timur, Sabtu (1/8) 

Din justru menyayangkan sikap pemerintah yang mengesankan meremehkan virus flu babi tersebut. Menurut dia, pemerintah tidak serius menangani flu babi yang sudah merambah ke sejumlah pesantren.

“Pemerintah tidak memiliki sense of crisis terhadap wabah flu babi. Apa karena sibuk dengan urusan politik atau memang ada hal lain?” cetus gurubesar politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 

Sementara pengasuh Pondok Pesantren Babasusalam, Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang, KH Thoriq Darwis menilai, infrastruktur pesantren memang tidak sepenuhnya memadai mulai dari sanitasi hingga kamar mandi. 

”Di pondok pesantren sanitasi kurang bagus, jumlah kamar mandi memang kurang. Kamar mandi di pondok ini seperti barak. Kalau mandi ramai-ramai,” akunya di Malang, Minggu (2/8). 

Kasus flu babi yang melanda sejumlah pesantren khususnya di Jawa Timur memaksa publik berfikir spekulatif. Di samping karena babi jelas tak diperbolehkan dikonsumsi kalangan umat Islam (pesantren), interaksi dengan kalangan warga asing juga sangat minim. Maka, dugaan terjadinya teror pun muncul melalui flu babi. 

Meskipun, harus diakui, infrastruktur pondok pesantren yang sederhana, sepertinya harus dipikirkan pemerintah dan stakeholder untuk menjamin kesehatan para penghuninya. Jangan sampai suara pesantren hanya dikapitalisasi hanya saat kepentingan politik, namun sama sekali tidak diperhatikan persoalan asasi, yaitu kesehatan. 

Kategori:Berita Tag:, ,
  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar